Melihat fenomena belum tercapainya jumlah keterwakilan perempuan dalam kontestasi politik di tiga pemilu sebelumnya, KOHATI PB HMI mengadakan Woman Talkshow bertajuk “Kuota 30 persen, Representatif atau Partisipatif?” pada Senin (27/3/2023).
Talkshow yang menghadiri para politisi dan akademisi perempuan ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang adanya perempuan menduduki kursi parlemen apakah sebatas partisipasi untuk memenuhi kuota yang disyaratkan undang-undang (representative) atau pelibatan lebih substantif (partisipasi).
Talkshow yang diadakan di Ruang Sidang Paripurna DPR RI ini berlangsung secara hybrid dan dihadiri sekitar tiga ratus peserta dari kalangan mahasiswa dan kelompok organisasi Cipayung Plus, LSM, Ketua BEM Perempuan Seluruh Indonesia, Ketua Bidang PP Seluruh Indonesia, Kader HMI Seluruh Indonesia, serta Dosen dan Aktivis Perempuan Muda Indonesia.
Ketua Pelaksana Masnia Ahmad mengatakan kegiatan tersebut bertujuan merefleksikan kaum perempuan untuk mengambil peran di ranah publik dalam hal ini bidang politik dalam kuota 30 persen tersebut.
“Diskusi ini bisa merefleksikan kita kaum perempuan, juga membawa Kohati lebih mengambil peran di ranah publik, bahkan sebagai pengambil kebijakan di Indonesia,” papar Masnia dalam laporannya, Senin (27/03/2023).
Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga (HAL) Kohati PB HMI, Nurmaida Saana sebagai bidang yang menginisiasi talkshow politik ini mengatakan bahwa perempuan sama halnya dengan kaum laki-laki yang mempunyai kualifikasi di ranah politik.
“Kualifikasi kita adalah bukan sesama perempuan tetapi kaum laki-laki, dan posisi kita dengan mereka sebagai mitra sejajar,” ujarnya.
Ketua KOHATI PB HMI, Umiroh Fauzia dalam sambutannya menyampaikan bahwa komposisi politis perempuan Indonesia lebih baik dibandingkan dengan negara-negara demokrasi lain. Seperti dapat dilihat dari banyaknya kursi di parlemen yang digawangi oleh kaum perempuan.
“Perempuan memiliki tiga peluang untuk dapat dipilih ketika menjadi kandidat di pesta politik. Pertama SDM perempuan yang maju secara kuantitas adalah kaum terdidik, dan menyadari pentingnya terjun ke dunia politik. Kedua perempuan berada di kontestasi politik merupakan amanah undang-undang yang harus dijalankan, terakhir kuota persentase perempuan mengutamakan kualitas daripada kuantitas.” kata Umiroh Fauziah dalam sambutannya.
Ketua Umum PB HMI Raihan Aryatama pun mengamini pernyataan Umiroh Fauziah. Dirinya melihat bahwa banyak kelompok sosial yang berbasis gender lahir dari para perempuan namun hanya menjadi objek politik.
“Banyak sekali kelompok sosial yang berbasis gender lahir dari para perempuan. Tapi faktanya, kelompok itu hanya sebagai objek politik. Maka harapannya Kohati dan kelompok Cipayung dapat mengubah paradigma itu,” ujarnya.
Diskusi yang merupakan tindak lanjut dari program “Perempuan Inspiratif” oleh Bidang HAL Kohati PB HMI ini dipandu Presenter TV One, Balques Manisang.
Dengan para narasumber diantaranya Senator DPD RI Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni, Anggota Komisi X DPR RI Hj. Himatul Aliyah, S.Sos, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Euis Amaliah, M.Ag, Anggota Komisi XI DPR RI Putri Anetta Komarudin, Politisi PAN Okta Kumala Dewi, SE., M.Ak, Koordinator Presidium Majelis Forhati Nasional Cut Emma Mutia Ratna Dewi, SH., MH, dan Presidium Majelis Forhati Nasional Wa Ode Nurhayati berbagi pandangan terkait tema yang diangkat.