Komisaris Utama Bank Syariah Indonesia (BSI) Prof. Dr. Muliaman Darmansyah Hadad mengungkapkan potensi besar dari ekonomi syariah di tengah tantangan ekonomi dunia.
Dalam kuliah umum yang diselenggarakan oleh Universitas Insan Cita Indonesia (UICI), ia mengungkapkan empat tantangan yang kini tengah dihadapi oleh ekonomi dunia.
Empat tantangan itu adalah ketidakpastian global, global warming dan krisis iklim, digitalisasi, dan kerja sama global.
“Ketidakpastian itu disebabkan berbagai persoalan, seperti konflik geo politik, tensi perang dagan, krisis kesehatan, hingga perang,” katanya dalam kuliah umum dengan tema Ekonomi Syariah Menjawab Tantangan Sistem Ekonomi Dunia untuk Indonesia yang Adil dan Sejahtera pada Jumat (27/10/2023).
Ia menyebut ada semacam angin segar datang dari dunia Islam dengan penerapan ekonomi syariah karena terbukti di banyak tempat mendorong resiliensi yang luar biasa dan inklusi keuangan dengan dukungan digitalisasi.
Hal ini, menurutnya akan mempercepat daya tahan masyarakat di tengan situasi ekonomi yang lesu.
“Di Tengah-tengah uncertainty ini, global Islamic banking itu bahkan mencapai rekor untuk pengelolaan asetnya tumbuh dengan angka yang cukup bagus, 6,9 persen. Indonesia lebih bagus dengan pertumbuhan 15,9 persen,” jelas Muliaman.
Tantangan kedua adalah pemanasan global dan perubahan iklim. Ia menyebut, abad ini telah mencatat rekor sebagai abad terpanas.
Ia menyampaikan, merespons situasi ini, lebih dari 200 negara diminta komitmennya untuk mengurangi emisi sampai tahun 2030 untuk tetap menjaga suhu di dunia agar pertambahannya tidak boleh lebih dari 2 derajat.

Komitmen ini disepakati dalam Conference of Parties (COP) ke-21 atau Paris Agreement. Sebelum ada Paris Agreement ada Kyoto Protocol pada tahun tahun 1997.
“Diskusi tentang global warming sudah cukup lama tetapi sampai hari ini belum selesai, belum jelas, apalagi pandemi membuat segala sesuatu menjadi sulit terutama untuk memenuhi komitmen, pembiayaan, pengurangan emisi, dan lain sebagainya,” jelasnya.
Tantangan ketiga , jelas Muliaman, adalah digitalisasi. Muliaman mengatakan, digitalisasi menawarkan banyak peluang, tetapi di satu sisi juga menyimpan tantangan yang signifikan.
Beberapa tantangan di era digital ini adalah adanya keterbelahan antara mereka yang memiliki akses dan yang tidak memiliki akses digital, kemudia hilangnya pekerjaan, ketimpangan skill digital, serangan siber, disrupsi industri, dan regulasi.
“Teknologi itu bagai pisau bermata dua, dia bisa creating benefits, tapi ditangan yang orang keliru bisa menjadi persoalan,” kata Muliaman.
Muliaman melanjutkan tantangan ekonomi keempat adalah kerja sama global. Hal ini di antaranya disebabkan oleh kurangnya komunikasi antar negara, tidak cukup kepercayaan dan transparansi, tidak konsisten dengan perjanjian internasional, tidak adanya kesetaraan dalam hubungan global, dan lain sebagainya.
Di tengah tantangan tersebut, ia mengatakan ada peluang besar bagi ekonomi syariah untuk menjawab berbagai persoalan tadi.
Berangkat dari maqasid syariah, ia menjelaskan bahwa Islam memiliki kerangka moral dan etika yang dapat memandu upaya mengatasi masalah global.
Dijelaskannya, maqasid syariah merupakan tujuan atau maksud yang merujuk kepada prinsip-prinsip dasar hukum Islam untuk melindungi kepentingan dan kemaslahatan umat manusia.
Dalam maqasid syariah itu lima prinsip, yaitu menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga akal, menjaga keturunan, dan menjaga harta.
“Kenapa maqasid syariah itu penting? Karena ia mem-provide a frame to respond beberapa masalah, seperti isu-isu keadilan, perilaku etis, menyeimbangkan antara hak individu dan kebaikan kolektif, kesejahteraan sosial, kelestarian lingkungan, kerjasama internasional antar bangsa, memajukan dialog, dan saling menghormati, tambah Muliaman.