Rombongan Komisioner Ombudsman RI Periode 2016-2021 Kunjungi UICI, Diskusikan Pendidikan di Era Digital

Berita

Muhtar

Enam komisioner Ombudsman Republik Indonesia (ORI) periode 2016-2021 berkunjung ke Universitas Insan Cita Indonesia (UICI) di Jalan H.R Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (16/03/2022).

Keenam mantan komisioner ORI tersebut adalah Prof. Amzulian Rifai, Prof. Adrianus Eliasta Meliala, Ahmad Alamsyah Saragih, Ahmad Su’adi, Alvien Lie Ling Piao, dan Ninik Rahayu.

Kedatangan enam mantan komisioner ORI tersebut disambut oleh Wakil Rektor II UICI, Lely Pelitasari Soebekty, yang juga pernah menjabat sebagai komisioner ORI pada periode yang sama.

Lely mengatakan kehadiran para mantan komisioner ORI tersebut dalam rangka silaturahmi dan diskusi untuk mengenal lebih dekat UICI.

“Kunjungan ini juga dalam rangka penjajakan kemungkinan kolaborasi demi kemajuan dan kemanfaatan bersama,” kata Lely.

“Terimakasih untuk seluruh pimpinan ombudsman 2016-2021, semoga memberi manfaat untuk semua,” lanjut Lely.

Senada dengan Lely, Ketua ORI periode 2016-2021 Amzulian Rifai mengatakan kunjungan rombongan komisioner ORI periode 2016-2021 tersebut dalam rangka silaturahmi dan mendiskusikan masalah pendidikan di era digital.

Amzulian menyampaikan kehadiran UICI di masa pandemi COVID-19 ini merupakan momen yang tepat untuk menjangkau banyak kalangan masyarakat yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Menurutnya, ini adalah salah satu keunggulan dari UICI yang bisa menyediakan fasilitas pendidikan jarak jauh.

“Momen yang tepat saya kira untuk bisa menjangkau begitu banyak kalangan masyarakat yang berkeinginan untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi, tanpa diduga pada masa COVID-19 ini menunjukkan salah satu keunggulan UICI,” ujar Amzulian yang saat ini menjabat sebagai komisioner Komisi Yudisial (KY).

Sementara itu Alvin Lie mengaku terkesan dengan model pendidikan di UICI yang berbeda dengan perguruan tinggi lainnya. Ia menyebut pembelajaran di UICI merupakan pembelajaran yang futuristik.

“Saya melihat cara pembelajaran di UICI ini betul-betul futuristik. Kita dibawa ke internet of things, tidak lagi mengandalkan kampus fisik, belajarnya tidak sekedar seperti rapat daring, tetapi sudah sangat modern” ungkap Alvin.

Selanjutnya Alamsyah Saragih menambahkan model pendidikan yang ada di UICI ini selaras dengan tren yang berkembang saat ini, yakni digitalisasi di berbagai sektor.

“Gejala ke depan kan tren global juga akan ke sana, saya berharap sebenarnya UICI ini akan menjadi salah satu kampus digital yang lead di Indonesia,” tambah Alamsyah.

Ahmad Su’ady melanjutkan model pendidikan di UICI ini sangat tepat untuk menjangkau daerah-daerah yang masuk kategori 3T, tertinggal, terdepan, dan terluar di Indonesia.

“Ini merupakan terobosan yang bagus. Ini akan lebih besar dari universitas pada umumnya kalau dikelola dengan baik. Tetapi tidak mudah ya karena masyarakat kita belum mengenal baik teknologi, tapi itu bisa dilakukan dengan cara proses. Malah ini bisa mendunia sebenarnya,” kata Su’ady.

Senada dengan Ahmad Su’ady, Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Prof. Adrianus Eliasta Meliala mengatakan apa yang dilakukan oleh UICI adalah terobosan yang luar biasa. Ia pun mengajak agar para calon mahasiswa baru menjadikan UICI sebagai salah satu perguruan tinggi yang diperhitungkan.

Ninik Rahayu menambahkan, meskipun baru beberapa bulan berdiri, UICI telah mendapat perhatian publik. Ia menyampaikan tiga keunggulan UICI.

Yang pertama adalah UICI menggunakan platform digital sehingga pembelajarannya bisa diakses dari mana saja. Kedua, UICI menawarkan program studi untuk menjawab kebutuhan masa depan.

“Yang ketiga adalah visi keislaman UICI yang masih dalam konteks kebhinekaan. Jadi saya kira luar biasa UICI,” imbuh Ninik. (*)

share :