Tren Pendidikan Sudah Bergeser, Perguruan Tinggi Harus Berbenah

Berita

Muhtar

Rektor UICI, Prof. Laode Masihu Kamaluddin saat menyampaikan materi dalam diskusi publik dengan tema “Tantangan Dunia Pendidikan di Era Digitalisasi” pada Sabtu (12/03/2022).

Rektor Universitas Insan Cita Indonesia (UICI) Prof. Laode Masihu Kamaluddin mengungkap tren pendidikan saat ini dilaksanakan tanpa kelas dan dosen. Pendidikan tersebut digerakkan oleh artificial intelligence (AI).

Dalam diskusi publik yang digelar UICI pada Sabtu (12/03/2022) dengan tema “Tantangan Dunia Pendidikan di Era Digitalisasi”, Prof. Laode membagikan pengalaman pendidikan di Amerika Serikat (AS), di mana dua universitas besar, yaitu Harvard dan Massachusetts Institute of Technology (MIT) perlahan telah beralih ke AI.

“Saya sudah seminggu di New York dan mengamati juga dunia pendidikan. Saya masuk ke sana, sama trennya. Misalnya di Boston itu ada dua universitas besar, yaitu Harvard dan MIT. Mereka secara perlahan beralih kepada sistem pendidikan tanpa kelas dan tanpa dosen. Semua digerakkan oleh artificial intelligence, yaitu simulator,” ungkap Prof. Laode.

Meski telah menjadi tren baru, banyak perguruan tinggi di Indonesia belum menyadari hal tersebut. Ia pun mengingatkan apabila tidak hati-hati, perguruan tinggi yang nyaman dengan tren lama ini akan menghadapi tantangan berat.

Selanjutnya, Prof. Laode menyampaikan bahwa UICI merupakan perguruan tinggi pertama di Indonesia yang melaksanakan proses pembelajaran secara digital. Oleh karena itu, pendidikan di UICI bisa diakses oleh siapa saja, di mana saja, kapan saja, dan dengan perangkat apa saja.

Acara yang digelar secara hybrid itu juga menghadirkan narasumber lain, yakni dan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan Drs. H. Riza Fahlevi, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Patah Prof. M. Sirozi, dan Ketua Umum Perkumpulan Gerakan Kebangsaan H. Bursah Zarnubi.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan Riza Fahlevi menyatakan bahwa dunia pendidikan di Provinsi Sumatera Selatan siap menghadapi era digital.

“Dunia pendidikan di Sumatera Selatan siap menghadapi digital,” tegas Riza.

Ia menyampaikan kunci dalam menghadapi era digital di Sumatera Selatan adalah disiplin, inisiatif, 4G (gagasan, digerakkan, gaul, dan gila), inovasi, transformasi, aplikasi, dan literasi.

Narasumber selanjutnya, Prof. M. Sirozi menyoroti Generasi Z dan tantangan pendidikan di era digital. Menurut Prof. Sirozi, pendidikan digital sangat cocok dengan karakter Generasi Z.

Mengutip Abramson, Prof. Sirozi mengatakan Generasi Z masih muda dan tidak pernah mengenal kehidupan tanpa teknologi. Tak terpisahkan dari gadget, lahir dan berkembang di tengah “digital based environtment” dan social media.

“Dan Generasi Z ini memiliki orang tua yang berpendidikan sehingga mempunyai minat yang tinggi pada pendidikan tinggi, karena itu nanti akan muncul persoalan soal keterbatasan akses, nah ini nanti akan bisa direspon atau dijawab oleh universitas digital,” jelas Prof. Sirozi.

Narasumber terakhir, H. Bursah Zarnubi mengkritisi kondisi pendidikan di Indonesia yang menurutnya sangat menyedihkan alih-alih bicara tentang digital.

“Tantangan pendidikan di era digitalisasi ini memang menyedihkan. Saya stop dulu di era digital karena jauh sekali. Kalau kita bandingkan dengan bumi dan langit lihat pendidikan kita itu dengan era digital itu ada gap jauh sekali. Yaitu literasi dasar kita yang belum tercapai habis kita sudah masuk disruption baru, yaitu munculnya era teknologi. Dahsyat sekali,” ujar Bursah.

Dalam kesempatan tersebut, hadir juga Sambutan Ketua Umum Majelis Wilayah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Sumatera Selatan sekaligus Bupati Empat Lawang H. Joncik Muhammad.

Dalam sambutannya ia menyampaikan pandemi Covid-19 menjadi tantangan bagi dunia pendidikan, di mana pertemuan tatap muka harus dibatasi.

“Di kota mungkin belajar daring itu tidak terlalu masalah, tetapi ketika di desa, saya merasakan betul sebagai kepala daerah yang wilayah pedesaannya terbesar merasakan bagaimana orang tua kewalahan ketika harus mendampingi anaknya belajar daring, banyak sekali problem-problem yang dihadapi,” kata Joncik.

share :