Era digital memungkinkan seseorang menjadi wirausaha dari hobi dan kreatifitas. Salah satu hobi itu adalah menulis. Di era ini, menulis bisa menjadi sebuah profesi.
Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Kirana Kejora dalam acara Webinar UICI: “Everyone Can be A Writerpreneur” yang dimoderatori oleh Direktur Komunikasi Publik UICI, Izzaty Zephaniah pada Selasa (20/06/2023).
Writerpreneur merupakan istilah yang menggabungkan dua kata, yaitu writer yang berarti penulis dan entrepreneur yang berarti wirausaha.
Kirana menjelaskan writerpreneur merupakan bagian dari creativepreneur. Beberapa contoh dari writerpreneur antara lain novelist, travel writer, scriptwriter, script supervisor, contentwriter, co-writer, ghostwriter, publisher, publishing consultant, speaker, lecturer, dan lain-lain.
Sebagai bagian dari creativepreneur, maka hal utama yang harus dimiliki penulis adalah kreatifitas dan inovasi.
“Kalau kita mau hidup dari writerpreneur, maka harus ada inovasi dalam literasi kita,” jelas Kirana.
Kirana menegaskan tujuan utama seorang writerpreneur tidak menjual buku, tetapi menjual pesan seluas mungkin.
Tips Menulis
Kirana yang telah menerbitkan 172 buku ini menjelaskan tips untuk menjadi seorang writerpreneur.
Ia menjelaskan modal yang harus dimiliki oleh penulis untuk menjadi writerpreneur adalah niat, berani, rajin membaca, banyak melakukan perjalanan, rajin belajar, rajin bertanya, dan ramah digital.
“Nomor tujuh itu wajib banget, ramah digital. Karena sekarang ini kalau penulis tidak mau masuk di dunia digital akan ditinggal pembaca,”
Untuk bentuk tulisan, ia menjelaskan pertama yang harus disiapkan oleh penulis adalah ide. Ide tersebut kemudian diturunkan menjadi sebuah tema.
Setelah ide dan tema, muncul premis. Kirana menjelaskan premis merupakan satu kalimat yang menggambarkan inti dari keseluruhan cerita.
“Kemudian berkembang lagi menjadi logline, yaitu satu alinea pengembangan dari premis. Menggembarkan keseluruhan cerita. Kalau premis tadi itu inti cerita. Logline itu dari opening sampai closing, ada 5W dan 1H,” jelasnya.
Dari logline, lanjut Kirana, dibesarkan menjadi sinopsis. Dari sinopsis itu kemudian dipotong lagi menjadi garis besar atau outline.
“Dari garis besar itulah panduan kita untuk masuk ke naskah utuh. Jangan lupa based on research,
Selanjutnya, Kirana menjelaskan tips untuk gaya tulisan. Yang pertama adalah diksi menarik. Untuk mendapatkan diksi yang menarik, Kirana menyarankan seorang penulis memperbanyak membaca.
Kedua, memperhatikan rima. Ketiga, menggunakan bahasa yang mengalir. Keempat, menggunakan kalimat yang tak biasa. Kelima, dialog cerita dibuat natural. Keenam, menjaga konsistensi cerita.
“Yang terakhir adalah menjaga komitmen point of view. Jadi point of view dari sudut pandang orang pertama, ya sudah sudut pandang orang pertama, jangan jadi sudut pandang orang ketiga,” jelas Kirana.
Untuk gaya tulisan, Kirana menyarankan seorang penulis memberbanyak dialog yang berisi, menghindari pengulangan kata, dan menghindari kalimat yang mirip dalam satu alinea.
Agar tulisan lebih menarik, Kirana menyarankan untuk menggunakan karakter tokoh untuk menggantikan nama si tokoh dalam cerita.
Karakter tokoh itu bisa berupa fisik, perilaku, sikap, pekerjaan, latar belakang, watak, logis, dan lain-lain.
Lebih lanjut, Kirana menjelaskan bahwa tulisan yang menarik mengandung tiga hal dalam ceritanya. Pertama plausible, yaitu cerita dalam tulisan itu masuk akal.
Kedua adalah suspense, yaitu ceritanya mengandung unsur penasaran dan ketegangan. Ketiga adalah surprise, yaitu cerita yang mengandung kejutan.