Retorika Aristoteles, Pentingnya Pertimbangkan Khalayak dalam Bicara

Artikel

Kanyaka Anindita

Foto: Boords

Menurut Aristoteles dalam bukunya yang berjudul sama, Retorika merupakan seni dalam berbicara. Dimana khalayak – pendengar yang menentukan akhir dan tujuan dari suatu pidato. (West&Turner, hal. 7).

Retorika banyak digunakan ketika berpidato dan upaya dalam meyakinkan orang lain. Seperti dalam ceramah, pidato, forum diskusi, persidangan, dan lain-lain. Secara khusus Aristoteles membagi tiga jenis pidato, yakni: Pidato Forensik, Pidato Epideiktik, dan Deliberatif.

Teori retorika Aristoteles berangkat dari dua asumsi utama, yaitu:

1.Pembicara yang efektif harus mempertimbangkan khalayak mereka

Pembicara tidak boleh menggeneralisasikan semua pendengar. Untuk mencapai efektivitas dan menjadi pembicara yang baik, kita harus menganggap jika semua penonton heterogen atau berbeda-beda dan memiliki motivasi, keputusan, dan pilihannya sendiri.

2. Pembicara menampilkan bukti ketika bicara.

Bukti atau data adalah hal yang penting untuk meyakinkan pendengar terhadap materi yang dijelaskan.

Menurut Aristoteles moralitas adalah yang paling utama dalam retorika. Retorika yang sukses adalah yang mampu memenuhi dua unsur, yaitu kebijaksanaan (wisdom) dan kemampuan dalam mengolah kata-kata (eloquence). Sedangkan untuk mencapai efektivitas persuasi, ada tiga kriteria utama yang harus terpenuhi, yakni: etika (ethos), logika (logos), emosi (phatos).

Ethos berkaitan erat dengan komunikator, atau siapa yang berbicara. Aristoteles menyimpulkan bahwa pidato yang disampaikan oleh seseorang yang terpercaya akan lebih persuasif dibandingkan pidato seseorang yang kejujurannya dipertanyakan. Selain berkaitan tentang moral, etika juga bisa berarti latar belakang pembicara, seperti keilmuwan dan karya sebelumnya yang mendukung apa yang disampaikan.

Logos berkaitan dengan apa yang dibicarakan (subyek). Dalam hal ini pidato haruslah berisi kebenaran yang diperkuat dengan data – data, dan simpulan yang dapat dipertanggung jawabankan. Sedangkan Phatos berkaitan dengan sisi emosi.

Emosi dalam hal ini adalah fitur fitur lain yang mendukung si pembicara dan apa yang disampaikan. Seperti latar belakang pembicara seorang public figure, personal branding, kerapihan, kecantikan, kemampuan dalam meyakinkan, dan fitur lainnya.

Teori retorika Aristoteles masih digunakan hingga hari ini, meskipun telah banyak konsep retorika modern. Selain itu, triangle ethos, logos, dan phatos juga digunakan dalam kajian politik, ekonomi, manajemen, dan bidang ilmu sosial lainnya.

Dengan memahami teori dasar retorika, dapat bermanfaat untuk menambah wawasan kita dalam berbicara di depan umum terlebih bagi mahasiswa. Dilansir dari IDN Times retorika dapat membantu dalam merangkai kata-kata saat presentasi, mengatur intonasi berbicara dengan orang lain, lebih mudah menyampaikan ide, bisa menjadi MC, dan lebih menghargai orang lain yang berbicara.

share :